Wednesday 22 December 2010

Proposal Penelitian Kuantitatif


DOWNLOAD FILE
Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI di MAN2 Kediri Tahun 2010

Proposal Penelitian
Disusun Untuk Memenuhi Salah Tugas Mata Kuliah
“Metodologi Penelitian”



Dosen Pengampu:
Iskandar Tsani, M.Ag


 
 

Disusun Oleh:
NURUL AHSIN
9321 121 07



JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2010

Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas XI di MAN2 Kediri Tahun 2010

A. Latar Belakang
Disadari atau tidak, menurunnya kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama. Walaupun seorang guru sudah berbuat yang terbaik menurut prosedur yang ada tanpa dukungan dari berbagai pihak, niscaya tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan baik. Di sinilah kita perlu memadukan antara faktor lingkungan dengan faktor alami berupa potensi yang dimiliki anak itu sendiri.
Faktor potensi anak yang tak kalah pentingnya adalah minat belajar anak-anak yang kurang memiliki minat dalam belajar, maka akan menunjang suatu sikap dan prilaku yang membias dari anak normal lainnya. Misalnya saja anak sering membolos, tidak antusias dalam belajar, sering membuat kegundahan dalam kelas, pessimis, agresif dan sering memberontak. Hal semacam ini akan teraplikasikan pada pencapaian tujuan pembelajaranyang menurun atau prestasinya menurun.[1]
Berbicara tentang minat, penulis tidak lepas dari masalah kejiwaan manusia. Oleh karena minat adalah salah satu aspek psikis yang ada pada setiap manusia. Apabila seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka orang tersebut akan berusaha dengan sekuat mungkin untuk memperoleh yang diinginkannya. Usaha yang dilakukan oleh seorang tersebut, dapat terjadi karena adanya dorongan dari minat yang dimilikinya. Dengan demikian minat adalah motor penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Begitu juga siswa yang mempunyai minat dalam dirinya untuk belajar, maka siswa tersebut dapat dengan mudah menyerap materi pelajaran yang dipelajarinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat dan perhatian dalam diri seseorang siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Mereka tidak akan dapat menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya itu dengan baik. Oleh karena itu, minat belajar siswa sangat perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh guru sebagai pendidik di sekolah. Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh minat terhadap siswa dalam belajar, terlebih dahulu penulis mengemukakan pendapat para ahli tentang belajar itu sendiri. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu lingkungannya. Abu Ahmadi mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: ”Murid belajar dengan seluruh tenaga dan jiwanya, tidak hanya dengan pikirannya saja, setelah guru menyajikan bahan pelajaran dengan segala macam usaha dan upaya maka sekarang menjadi tugas anak untuk mengelola bahan pelajaran, mengingatnya dan mempergunakannya pada waktu ia berpikir di dalam seluruh kehidupannya”.
Untuk mencapai tujuan belajar yang dimaksud diperlakukan adanya faktor pendorng atau minat dalam diri setiap siswa yang belajar. Dengan demikian, adanya minat dalam diri siswa yang belajar, mereka dapat memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi yang dipelajarinya. Jika minat siswa dapat dibangkitkan, kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatk kepada bidang studi yang dipelajarinya, keadaan kelas dapat menjadi tenang. Sebab siswa tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan hal-hal yang melanggar ketertiban kelas. Dengan demikian prose belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan siswa pun dapat mencapai tujuan belajar sebagaimana yang diharapkan.
Penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat
Oleh karenanya itu, penulis berinisiatif untuk mengkaji lebih mendalam melalui kegiatan penelitian ini yang erat kaitannya dengan masalah minat belajar dan juga pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010..

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis membatasi diri untuk mengkaji variabel-variabel yang ada dalam bentuk rumusan masalah yang menjadi fokus perhatian dan penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang penulis maksudkan adalah:
1. Bagaimana tingkat Minat Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010?
2. Bagaimana Prestasi Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri 2010?
3. Adakah pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui tingkat Minat Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010.
2. Ingin mengetahui Prestasi Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010.
3. Ingin mengetahui besarnya Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI di MAN Kediri tahun 2010.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiric[2]. Pada umumnya hipotesis dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu suatu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel yang dipermasalahkan (biasanya dilambangkan dengan Ho), dan suatu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel bebas (minat belajar) terhadap varibel terikat (prestasi belajar) yang biasa dilambangkan dengan H1[3]. Sehingga hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan:
1.      (Ha) Ada pengaruh yang positif antara Minat Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010 terhadap Prestasi Belajar mereka.
2.      (Ho) Tidak ada pengaruh yang positif antara Minat Belajar Siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010 terhadap Prestasi Belajar mereka.
Dalam penelitian ini yang penulis pakai adalah hipotesis yang mengandung pernyataan hubungan sebab akibat yang positif, yang artinya bahwa terdapat pengaruh dalam minat belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI di MAN2 Kediri tahun 2010.

E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan/manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian ini antara lain:
1. Dengan mengetahui tingkat minat belajar siswa menjadi sumber informasi bagi seorang guru untuk lebih menumbuh-kembangkan minat belajar siswanya.
2. Dengan mengetahui tingkat minat belajar siswa menjadi sumber iklim yang kondusif agar anak secara leluasa dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya.
3. Diharapkan semua dapat lembaga yang terkait dalam bidang pendidikan agar dapat memperbaiki sistem yang ada supaya anak dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal.
4. Sebagai bahan kajian ilmiah lebih lanjut bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut.
5. Sebagai usaha dalam meningkatkan pengetahuan di bidang penelitian pendidikan.
6. Sebagai masukan bagi penulis untuk mengembangkan wacana belajar.
7. Sebagai masukan guru dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.
8. Sebagai salah satu bahan referensi bacaan yang dapat dijadikan sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan ilmu pengertahuan dan teknologi pada umumnya dan penelitian pada khususnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel penyebab (bebas) dan variabel akibat (terikat), kata variabel berasal dari bahasa inggris “variable” yang artinya “ubahan”, “fakto r tak tetap” atau “gejala yang dapat diubah”, variabel pada dasarnya bersifat kualitatif namun dilambangkan dengan angka.[4]
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: Pertama, minat belajar dalam proses belajar mengandung arti yang sangat luas sekali, sehingga dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang berhubungan dengan minat belajar yang ditunjukkan dengan beberapa indikator sebagai berikut:
1. Aktif masuk sekolah
2. Membawa perlatan sekolah yang sesuai
3. Membut catatan
4. Memperhatikan pelajaran
5. Mengerjakan tugas yang diberikan guru
6. Aktif dalam kelas
7. Mengulangi pelajaran yang diberikan guru
8. Rajin dan telaten mengerjakan tugas
Kedua, prestasi belajar disini peneliti batasi dalam lingkungan lembaga pendidikan MAN2 Kediri Kelas XI tahun 2010 dengan meneliti hasil prestasi siswa dalam bentuk nilai raport.

G. Penegasan Istilah
Berkenaan dengan judul “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI di MAN 3 Kediri Tahun 2010”, maka perlu dijelaskan maksud dari istilah-istilah yang dimaksud adalah:


1. Pengaruh
Kata “Pengaruh” menurut WJS. Pordarminta adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dsb)[5]. Yang dimaksud pengaruh adalah adanya hubungan sebab akibat antara variable bebas (minat belajar) dan variable terikat (prestasi belajar)
2. Minat Belajar
Minat adalah perhatian kepada sesuatu[6]. Sedangkan belajar adalah usaha untuk mendapatkan kepandaian[7].
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat kita tarik suatu pengertian bahwa minat belajar adalah sutu dikap siswa yang berusaha unutk mendapatkan kepandaian, dengan indikatornya yaitu aktif masuk sekolah, membawa perlatan sekolah yang sesuai, membut catatan, memperhatikan pelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan guru, aktif dalam kelas, mengulangi pelajaran yang diberikan guru, rajin dan telaten mengerjakan tugas.
3. Prestasi Belajar
Prestasi dapat dirtikan segala pekerjaan yang berhasil, dimana prestasi ini menunjukkan kecakapan seorang manusia.[8] Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru.[9]

H. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, apabila ada seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya hubungan tersebut[10]

2. Populasi dan Sample
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu subjek yang diteliti[11]. Adapun yang menjadi sample populasi dalam kegiatan penelitan ini adalah siswa MAN2 Kediri yang berjumlah + 480 siswa, untuk memudahkan penelitian ini penulis membatasi pada siswa yang masih duduk di kelas XI yang berjumlah + 160 siswa.
Sample penelitian adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi.[12] Adapun sample dalam penelitian ini adalah siswa yang masih duduk dikelas XI dari jumlah keseluruhan para siswa, unutk lebih mudahnya peneliti mengambil sebesar 20% dari jumlah populasi yang ada, dengan jumlah tersebut diharapkan sudah mewakili dari jumlah populasi yang ada karena sudah menjadi ketentuan dalam pengambilan jumlah sample.

3. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat bantu yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data, sebagaimana yang dikemukakan S. Margono sebagai berikut: “pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrument, sebab data yang diperlukan untuk menjawab penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrument. Instrument sebagai sebagai alat Bantu mengumpulkan data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.[13]



Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket
Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai alat bantu yang dipakai untuk pengumpulan data berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian dan alternative jawabannya yang ditujukan kepada responden untuk mengetahui tingkat minat belajar responden.
2. Dokumentasi
Pedoman dokumentasi ini merupakan alat atau benda yang dapat memberikan atau menyimpan berbagai macam keterangan. Dalam hal ini penulis menggunakan antara lain :
1. Data, jadwal belajar dan catatan – catatan harian yang dimiliki oleh siswa untuk mengetahui minat belajar siswa.
2. Data tentang absensi, nilai harian, dan nilai raport siswa, yaitu untuk mengetahui tentang keaktifan dan hasil belajar serta prestasi yang telah dicapai oleh para siswa.
3. Observasi
Metode observasi biasanya diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya tidak terbatas peda pengamatan yang di lakukan baik secara langsung dengan menggunakan questioner dan test. Dalam pengertian yang lain observasi diartikan sebagai alat bantu yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data secara langsung dengan mengamati siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dalam kelas.

4. Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa raport, catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasit, notulen, agenda, dan sebagainya.[14]
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai seberapa jauh minat belajar dari para siswa kelas XI MAN2 Kediri, nilai mata pelajaran yang dibukukan dalam raport, serta dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian.
2. Metode Angket
Angket merupakan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari  responden.[15]
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari para siswa mengenai kegiatan belajar sehari-hari, proses belajar mengajar di kelas, materi yang disampaikan, dan aplikasi para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Observasi
Metode observasi adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.[16]
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai letak geografis MAN2 Kediri, proses belajar  mengajar, sarana prasarana, dan hal-hal yang ada di lembaga tersebut.

5. Analisis Data
Analisis data adalah suatu cara yang digunakan oleh penulis untuk menganalisa atau membuktikan apakah hasil penelitian itu benar-benar sesuai dengan teori yang ada atau tidak, dengan tujuan untuk membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur serta tersusun dan lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan tehnik statistic, yaitu tehnik analisis korelasi product moment, untuk menguji hipotesis “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI di MAN2 Kediri Tahun 2010”, karena data yang akan diuji merupakan data interval dan rasio, yang memiliki hipotesis asosiatif dan merupakan statistic parametrik, maka rumus korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :
Dimana:
     = koefisien korelasi antara x dan y
y          = product dari x
x          = product dari y
N         = Jumlah sampel
Adapun uji signifikansi koefisien korelasinya menggunakan statistic uji t degan rumus sebagai berikut :


[2] Sulkan Yasin, Sunarto Hapsoyo, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mekar, 1990), 103
[3] Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bndung:PT.Remaja Rosdakarya, 1995), 26.
[4] Anas Sudijono, PEngantar Statistik Pendidikan, (Bandung: Rajawali Press, 1999), 33.
[5] WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1984), 664.
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), 583.
[7] Ibid.
[8] Adi Negoro, Ensiklopedi Umum Bhsa Indonesi, (Jakarta:Bulan Bintang, 1995), 29.
[9] Firdatul Mahmudah, Skripsi “Pengaruh Pengajaran Remedil TErhadap Prestasi Belajar Siswa di MTs.Miftahul Huda Ngreco kndat Kediri”, (Kediri: STAIN Kediri 2004), 5.
[10] Sanafiah Faisal, Format-format Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), 20.
[11] Irawan Soehartono, metodePenelitian Sosial, (Bndung:PT.Remaja Rosdakarya, 1995), 57.
[12] Ibid, 57.
[13] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jkarta: Rineka Cipta, 1997), 155.
[14] S, Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah . (Jakarta : Rineka Cipta, 1996),  155.
[15] Suharsini Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), 206.
[16] Husain Usman & Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 1968), 57.

Dapatkan file dengan download disini...

Friday 17 December 2010

MENGENAL GANGGUAN BELAJAR


MENGENAL GANGGUAN BELAJAR DISKALKULIA & DISGRAFIA
Banyak orang tua langsung menduga anaknya bodoh atau malas ketika melihatnya mengalami kesulitan membaca, berhitung atau mengikuti pelajaran di sekolah. Padahal, bisa jadi si anak mengalami gangguan persarafan.
 Beberapa nomor lalu telah dibahas gangguan belajar yang menyangkut kemampuan membaca atau disleksia. Disamping gangguan tersebut, sebetulnya kita perlu mengenal gangguan belajar lainnya yang menyangkut kemampuan berhitung (diskalkulia) dan menulis (disgrafia).
DISKALKULIA
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
CIRI-CIRI
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
CARA PENANGGULANGAN
Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah

atau urutan dari proses keseluruhannya.
2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
DISGRAFIA
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
CIRI-CIRI
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
MEMBANTU ANAK DISGRAFIA
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua
meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.