Wednesday, 2 May 2012


Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran yang diharapkan mempunyai karakteristik tertentu berupa sifat rasional dan teruji sehingga ilmu yang dihasilkan bisa diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam membangun pengetahuan. Teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasionil yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya, dengan didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. Pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah menuju dan dapat menghasilkan pengetahuan inilah yang disebut metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. 
Pada umumnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan terdapat metode-metode yang pada umumnya sama. Perbedaannya pertama metode ilmiah yang bersifat umum terdiri dari metode analisis sintesis dan metode non deduksi . metode analisis sintesis adalah gabungan antara metode analisis dan metode sintesis. Sedangkan metode non deduksi adalah gabungan metode deduksi dan metode induksi. Kedua, dalam penyelidikan ilmiah kita mengenal metode penelitian yang berbentuk metode siklus empiris dan metode vertikal/ metode linier. Metode siklus empiris biasanya dilakukan di ruang tertutup seperti laboratorium, sedangkan metode vertikal/linier biasanya dilakukan di alam bebas / tempat terbuka . Namun dalam hal ini kami akan membahas metode induksi, sesuai dengan tugas yang telah diberikan. 

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Induksi
Definisi metode induksi menurut soejono soemargono adalah cara penanganan terhadap suatu obyek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum/lebih umum berdasarkan atas pemahaman/pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus. 
Sedangkan menurut  Francis Bacon, (yang dikenal sebagai pengemban utama metode induksi) Induksi adalah sebuah metode yang  bertitik pangkal pada  pemeriksaan (eksperimen)   mengenai data-data partikular, selanjutnya rasio bergerak maju menuju suatu penafsiran atas alam (interpretatio natura). Beliau menambahkan induksi yang tepat adalah induksi yang dilakukan secara teliti dan telaten, bebas dari pengandaian agar obyek dapat dipersepsi sebagaimana adanya.
Dari beberapa devinisi di atas, dapat kami ambil pengertian bahwa Metode induksi adalah proses pemikiran dengan cara mengamati dan meneliti fenomena-fenomena yang terjadi dan kemudian digeneralisasikan sebagai kesimpulan. Dengan kata lain metode induksi  adalah cara berpikir dari hal-hal yang bersifat kusus (particular) menuju ke  hal-hal yang bersifat umum. Contoh: Logam besi dipanaskan memuai, logam perak dipanaskan memuai, logam emas dipanaskan memuai, semua logam dipanaskan memuai

B. Cara Kerja Metode Induksi
1. Metode induksi ala Francis Bacon (1561-6126)
Ada dua cara untuk mencari dan menemukan kebenaran dengan induksi.
a. Rasio bertitik pangkal pada pengamatan indrawi yang partikular, lalu maju sampai pada ungkapan-ungkapan yang paling umum (yang disebut Axiomata) guna menurunkan secara deduktis ungkapan-ungkapan secara umum berdasarkan ungkapan-ungkapan yang paling umum.
b. Rasio berpangkal pada pengamatan indrawi yang partikulan guna merumuskan ungkapan umum yang terdekat dan masih dalam jangkauan pengamatan itu sendiri, lalu secara tahap maju kepada ungkapan-ungkapan yang lebih umum.  
Inti ajaran induksi bacon adalah pengalaman/pengamatan yang tidak dipengaruhi oleh anggapan apapun. Sehingga bebas dari segala pengandaian, spekulasi awal, anggapan, dugaan, pengaruh teori, Dengan demikian obyek dapat kita persepsi sebagaimana adanya tanpa ada bias ilmiah.
Tanggapan kritis yang disampaikan oleh David Hume, tentang metode ini, pertama bahwa  kita tidak pernah melihat alam dengan mata yang kosong sama sekali tanpa ide tertentu. Karena ketika kita mengamati suatu obyek, kita sudah punya kerangka teoritis tertentu(asumsi). Kita sudah punya hipotesis tertentu sebagai hasil abduksi (bdk. Kant dengan pengetahuan sintesis-apriori). Bacon mengawasi kita untuk tidak terbelenggu oleh asumsi-asumsi dasar kita. Namun justru melalui asumsi ini kita dapat lebih cermat mengenal sesuatu yang lain. Juga bahwa asumsi dan teori tersebut hanyalah bersifat sementara saja ( hanya sebagai alat bantu). Kedua bahwa fakta, data, fenomena tak pernah menunjukkan dirinya sebagai fakta, data dan fenomena yang telanjang begitu saja, fakta perlu ditafsirkan, karna itu spekulasi ilmiah itu perlu. Ketiga bahwa induksi selalu tak pernah lengkap. Kita tak pernah mencakup semua fakta dan data yang relevan. Kita hanya mendasarkan diri pada sebagian data yang kita temukan lalu menarik kesimpulan umum dari fakta itu yang diandaikan berlaku untuk semua fakta dan data. Juga bahwa kebenaran kesimpulan tak pernah mutlak dan devinitif.
Ada 4 hal yang perlu di hindari dalam berfikir induksi :
a. Idola tribus (Tribus : manusia pada umumnya Awam), yaitu menarik kesimpulan tanpa dasar secukupnya, berhenti pada sebab-sebab yang di periksa secara dangkal tanpa melalui pengamatan dan percobaan yang memadai.
b. Idola specus (Specus : gua), yaitu penarikan kesimpulan yang hanya didasarkan pada prasangka, prejudice, selera (A priori).
c. Idola fori (Forum : pasar), yaitu menarik kesimpulan hanya karena umum berpendapat demikian, atau sekedar mengikuti pendapat umum (Opini publik).
d. Idola theatri (Theatrum : panggung), maksudnya menarik kesimpulan dengan bersandarkan pada kepercayaan  dogmatis, mitos, kekuatan gaib,dan seterusnya, karena menganggap bahwa kenyataan di dunia ini hanyalah panggung sandiwara.
Manfaat induksi gaya Bacon:
a. Ilmuan benar-benar dapat melihat kenyataan secara obyektif. Kenyataan tidak dipaksakan untuk cocok dengan apa yang dipikirkan oleh ilmuan.
b. Kegiatan ilmiah tidak jatuh menjadi ideologi. Pola pikir dan cara kerja ideologis selalu cenderung membenarkan ideologi yang ada, yaitu rumusan-rumusan baku yang dianggap benar dengan sendirinya, dan karena itu semua macam hal dipaksakan untuk membenarkan “keluhuran” ideologi itu. 

2. Metode Induksi Menurut John Stuart Mill (1806-1873)
Untuk dapat mengerti induksi model Mill, kita perlu mengingat kembali hubungan kausal dengan dua aksioma, yaitu :
a. Tak ada sesuatu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia tidak dijumpai pada saat akibat terjadi.
b. Tidak ada sesuatu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia dijumpai pada saat tidak terjadi akibat. 
c. Dua aksioma ini menjadi dasar Mill untuk merumuskan metode penyimpulan induksi Mill.
Cara kerja induksi menurut John Stuart Mill, sebagai berikut:
a. Metode Kesesuaian (method of angreement) Bila dua macam peristiwa/ lebih pada gejala yang diselidiki dan masing-masing peristiwa itu memiliki faktor yang sama, maka faktor itu menjadi penyebab satu-satunya bagi gejala yang diselidiki.
b. Metode Perbedaan ( method of defference) Jika sebuah peristiwa mengandung gejala yang diselidiki dan sebuah peristiwa lain yang tidak mengandungnya, namun faktor-faktornya sama kecuali satu, yang mana faktor(yang satu) itu terdapat  pada peristiwa pertama. Maka itulah faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa itu berbeda, Karenanya dapat disimpulkan bahwa satu faktor (yang berbeda) itu sebagai suatu sebab terjadinya suatu gejala pembeda yang diseliiki tersebut.
c. Metode Persamaan Variasi (method of Conconitan Variation) Metode ini dikenal dengan metode selang seling yakni: jika suatu gejala mengalami perubahan ketika gejala lain berubah dengan cara tertentu, maka gejala itu adalah sebab atau akibat dari gejala lain / berhubungan secara sebab akibat.
d. Metode Menyisakan ( method of Residues) Jika ada peristiwa dalam keadaan tertentu dan keadaan tertentu itu adalah akibat dari factor yang mendahuluinya, maka sisa akibat yang terdapat pada peristiwa itu disebabkan oleh faktor lain. 

C. Langkah-langkah Metode Induksi
Kita bedakan dua model langkah metode induksi ini, yaitu metode induksi murni dan metode induksi yang telah dimodifikasi.
Langkah-langkah metode induksi murni:
1. Identifikasi masalah
2. Pengamatan dan pengumpulan data
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
Langkah-langkah metode induksi yang telah dimodifikasi:
1. Adanya situasi masalah
Situasi masalah adalah situasi dimana pengetahuan yang ada (hukum atau teori ilmiah) tidak mampu memberi penjelasan tentang kenyataan yang dihadapi. Contoh : Mengapa terjadi kenakalan remaja ? Mengapa batu yang dilemparkan ke udara jatuh ke tanah ?. Hal yang sangat menentukan keberhasilan penelitian adalah ketepatan dan kejelasan perumusan masalah . 
2. Pengajuan hipotesis
Perumusan dan pengujian hipotetis. Hipotetis adalah pernyataan yang berisikan dugaan sementara mengenai sebab dari suatu masalah tertentu (fakta atau peristiwa) yang dianggap benar untuk dibuktikan kebenarannya lebih lanjut. Kegunaan hipotetis :  Memberikan batasan dan kerangka penelitian, panduan dalam kegiatan penelitian untuk mengarahkan perhatian peneliti pada gejala, fakta dan data yang ada, dan alat untuk mengkaitkan fakta dan data yang tercerai-berai ke dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan mengkaitkan di antara fakta dan data tersebut.
3. Penelitian lapangan
4. Pengujian hipotesis
Langkah-langkah metode induksi yang telah dimodifikasi ini berhubungan dengan keberataan-keberatan terhadap metode induksi murni di atas. 
D. Kelemahan dan Kelebihan Metode Induksi
Kelemahan  metode induksi, antara lain:
1. Induksi selalu tidak pernah lengkap. Hal ini disebabkan karena:
a. Hanya berdasarkan fakta dan data yang ditemukan saja, kemudian menarik sebuah kesimpulan umum yang berlaku untuk semua data dan fakta, termasuk data dan fakta yang belum ditemukan.
b. Kabenaran kesimpulanya tidak pernah bersifat devinitif dan pasti, karena  salalu saja terbuka kemungkinan bahwa ada fakta dan data baru yang akan menggugurkan kesimpulan tadi ( kebenarannya bersifat sementara).
Contoh: 
Hari pertama kita melihat bahwa angsa berwarna putih, 
Hari kedua  kita melihat angsa berwarna putih, 
Hari ketiga  kita melihat angsa berwarna putih,
Kita simpulkan bahwa angsa itu berwarna putih
Beberapa abat kemudian ada seorang  tokoh dari inggris yang sedang berada di Afrika
Melihat angsa berwarna hitam, maka kebenaran bahwa angsa berwarna putih terhapus oleh penemuan baru yakni ada angsa berwarna hitam. 
Prof. Dr. Ir soetriono menambahkan :
2. Perbedaan antara lingkungan orang yang menarik induksi dengan obyek pengamatan. Dalam hal ini kebudayaan yang sangat bervariasi/ dengan kata lain setting/konteksnya berbeda.
3. Sejauh mana pembuat pernyataan bisa melepaskan diri dari prasangka pribadi. 
Kelebihan metode induksi antara lain :
Kelebihan meode induksi ini adalah ilmu pengetahuan akan lebih cepat berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

KESIMPULAN

1. Induksi adalah kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu lalu ditarik kesimpulan yang dianggap benar dan berlaku umum.
2. Metode induksi dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-6126). Inti dari induksi gaya Bacon adalah bahwa ilmu pengetahuan harus berawal dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak terpengaruh oleh pengandangan apapun (bebas nilai, opini, praduga, asumsi dan sejenisnya).
3. Langkah-langkah metode induksi dibedakan menjadi :
a. Metode induksi murni yang meliputi: Identifikasi masalah, Pengamatan dan pengumpulan data, Perumusan hipotesis, dan Pengujian hipotesis
b. Metode induksi yang telah dimodifikasi yang meliputi : Adanya situasi masalah, pengajuan hipotesis, penelitian lapangan, dan pengujian hipotesis
4. Kelemahan dan kelebihan metode induksi
a. Kelemahan metode induksi antara lain bahwa metode induksi selalu tidak pernah lengkap; Kabenaran kesimpulanya tidak pernah bersifat devinitif dan pasti, karena  salalu saja terbuka kemungkinan bahwa ada fakta dan data baru yang akan menggugurkan kesimpulan tadi (kebenarannya bersifat sementara); Dan bagaimanapun pembuat pernyataan akan sulit untuk bisa melepaskan diri dari prasangka pribadi.
b. Kelebihan metode induksi ini adalah ilmu pengetahuan akan lebih cepat berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.


http:// Metode Induksi dan Deduksi, istanailmu.com/2011/04/12/ /html.
Kontrad Kebung, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya, 2011.
Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu : Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma danKerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, 2006.
Ridwan Fendy, Dimensi Filsafat Ilmu, http.Wikipedia, May, 6rd. 2011.
Soetrisno dan SRDM Rita Hanafie, Flsafat Ilmu dan Metdologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka  Andi, 2010.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara, 2010.

No comments:

Post a Comment